Minggu, 30 Januari 2011

realitas piramida dalam kehidupan

Realitas Piramida Maslow

 

Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kelompok kebutuhan . Kelima kelompok kebutuhan tersebut susunannya berbentuk  tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki kebutuhan. Susunannya mulai dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Oleh sebab itu motivasi manusia sangat dipengaruh
i oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.   Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya. Maka  teori ini  sering juga disebut sebagai Piramida Maslow. Adapun urutan kelima kelompok kebutuhan itu seperti berikut:
1.  Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah :  Sandang / pakaian, pangan /   makanan,  papan /   rumah, dan                                 kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain  sebagainya.
2.  Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan.  Contoh seperti bebas dari  penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari                 rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya
3.  Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah :  memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan                   lain-lain.
4.  Kebutuhan Penghargaan. Contoh pujian,  piagam,  tanda jasa, hadiah  dan banyak lagi yang lainnya.
5.  Kebutuhan Aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai                   dengan bakat dan minatnya.
Secara logika teori kelima kebutuhan yang dikemukan oleh Maslow tersebut sangat betul. Akan tetapi dalam realitas yang kita temui dalam kehidupan masyarakat tidaklah seperti  piramida tersebut adanya. Dalam kehidupan keseharian siapa saja orangnya, sebagai contoh kebutuhan akan keamanan dan keselamatan selalu saja berbarengan dengan kebutuhan lainnya. Tidak mungkin seseorang akan makan sesuatu kalau tidak mengandung ketentuan aman dan atau “baik”. Atau seorang ibu tidak akan memberikan makan kepada bayinya kalau tidak dalam kondisi dan situasi aman. Orang akan menempuh jalan-jalan yang aman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus.
Demikian pula sebaliknya “rasa aman” bisa terpenuhi dengan adanya makanan. Artinya orang akan terhidar dari   takut akan sakit kalau sudah makan.
Sebagaimana yang telah disepakati oleh semua orang, bahwa manusia itu adalah makhluq sosial, seorang bayi sangat membutuhkan hubungan baik dengan kedua orang tuanya sebelum dia mendapatkan apa-apa. Tanpa adanya mawaddah dan rahmah sang bayi mungkin tidak akan disusui. Itu apa artinya ? yakni bahwa kebutuhan sosial bisa saja mendahului kebutuhan akan makan dan minum sesorang. Dalam hal ini mungkin Maslow beranggapan bahwa, manusia lahir ke dunia, terus tumbuh dan berkembang, kemudian dia memasuki jaringan sosial. Pada hal seorang individu semenjak konsepsi dia sudah berada dalam naungan sistem sosial dan sistem keamanan. Itu artinya apa, ya kebutuhan sosial mendahului kebutuhan lainnya.
Banyak orang kita temui betapapun laparnya dia tetap saja mendahulukan harga diri sebelum dia makan dan minum. Sopan santun orang yang memberi dan pada situasi dan kondisi yang pantas diberikan pelayanan, barulah seseorang itu   mau dan mau makan atau minum.
Banyak juga para seniman atau sastrawan hidup dalam kemiskinan. Merka tetap saja mengatualisasikan diri sebagai seniman walau kesehariannya dia kurang makan. Ingat kah kita akan kisah sastrawan Khairil Anwar, dia lebih dominan menggunakan uang untuk beli buku sastra ketimbang merawat kesehatannya.
Dengan demikian kebutuhan manusia akan sulit kalau dikelompokan berdasakan hirakhisnya ataupun berdasarkan urutan fungsi dari kebutuha itu. Hanya mungkin dapat dikelompokan berdasarkan jenis objek materianya. Apalagi secara transendental dapat saja membingungkan Maslow sendiri.
Sekian uraian singkat ini semoga dapat dijadikan bahan diskusi jika diperlukan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites